KERAJAAN
DEMAK DAN PAJANG
Pada
zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang bernama Brawijaya V. Brawijaya V
merupakan seorang raja di kerajaan Majapahit yang menmerintah pada sekitar
tahun 1400an. Pada suatu hari, sang ratu Dwarawati, yaitu istri dari Brawijaya
V merasa sakit hati karena Ia merasa kurang diperhatikan oleh suaminya.saat
itu, ratu Dwarawati melihat Brawijaya V yang sedang bersama selirnya, Siu Ban
Ci. Tampak bahwa belakangan ini, suaminya lebih memperhatikan selirnya, yang
pada saat itu sedang mengandung anak dari Brawijaya V. Oleh karena itu, sang ratu akhirnya mengadu kepada
suaminya dan menyuruhnya untuk mengusir Siu Ban Ci dari istana kerajaan. Brawijaya
pun tidak bisa menolak permintaan istrinya dan dengan berat hati, akhirnya Siu
Ban Ci diasingkan ke Palembang. Di sana, Siu Ban Ci akan tinggal bersama sepupu
jauh Brawijaya V, yang bernama Arya Damar. Yang saat itu menjabat sebagai
bupati Palembang.
Namun,
setelah beberapa bulan tinggal bersama Arya Damar, akhirnya mereka pun menikah.
Beberapa lama kemudian Siu Ban Ci melahirkan seorang anak laki-laki, yang
sekarang kita kenal dengan nama Raden Patah. Saat beliau tumbuh dewasa, beliau
diamanahkan Ayah tirinya, Arya Damar untuk menjadi bupati Palembang, meneruskan
jabtan Ayahnya. Namun Ia menolak karena Ia memutuskan untuk memperdalam ilmu
agama dengan merantau ke pulau Jawa, tujuannya tidak lain adalah untuk berguru
kepada sunan Ampel. Orang tuanya pun mengizinkan dia untuk pergi.
Saat
ia berada di Jawa, Ia diamanahkan oleh sunan Ampel untuk membangun demak. Namun
ternyata, hal itu tidak diperkenankan oleh Brawijaya V. Tetapi akhirnya
Brawijaya mengizinkan setelah sunan Ampel datang dan memberitahu bahwa yang
akan membangun Demak itu adalah anaknya, dari Siu Ban Ci. Setelah membangun
Demak, Raden Patah mengadakan perluasan wilayah, termasuk ke daerah kekuasaan
Majapahit. Dan sampai akhirnya, Majapahit dapat ditaklukkan oleh Raden Patah.
Pada
akhirnya Demak menjadi sebuah kesultanan dengan seorang raja yang bernama Raden
Patah. Raden Patah memerintah dari tahun 1500 M – 1518 M.Ia mempunyai seorang
anak laki-laki yang gagah berani. Anaknya bernama Pati Unus, dan dijuluki
Pangeran Sebrang Lor. Julukan itu Ia dapatkan karena ketangkasannya melawan
Portugis di Malaka pada tahun 1513 M. Pendirian kesultanan ini tidak lain
adalah atas dasar bantuan para sunan, karena kesultanan ini sangat berkolerasi
dengan baik bersama para sunan, sehingga memudahkan dalam menyebarkan agama
Islam.
Sepeninggal
Raden Patah, kesultanan pun dipimpin oleh Pati Unus. Namun Pati Unus hanya
memimpin selama 3 tahun, yaitu pada tahun 1518 M – 1521 M. Selama memimpin,
Pati Unus dikenal sebagai Raja yang sangat tangkas dalam berperang. Setelah
kepemimpinan Pati Unus, terajdi perebutan kekuasaan antar Pati Sultan Trenggana
dan Pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, Sunan Prawata, membunuh Sekar Seda
Ing Lepen dan Sultan Trenggana pun naik tahta. Pada masa kepemimpinannya,
kesultanan Demak mencapai puncak kejayaannya. Banyak daerah di pulau Jawa yang
berhasil dikuasai oleh Sultan Trenggana, seperti Sunda Kelapa, Banten, Cirebon,
Gresik, Malang dan Pasuruan. Pada tahun 1546, Sultan Trenggana wafat dan khirnya,
Sunan Prawata naik tahta. Namun, pada masa kepemimpinan Sunan Prawata,
kesultanan Demak mengalami kemunduran. Akibatnya, banyak daerah yang melepas
diri dari kesultanan Demak. Semua ini terjadi karena Sunan Prawata tidak
mewarisi sifat ayahnya yang pandai berpolitik, melainkan Ia sibuk mempelajari
ilmu agama.
Sunan
Prawata wafat akibat anak Sekar Seda Ing Lepen, yaitu Arya Panangsang
membunuhnya seusai sholat asar. Akhirnya, kesultanan di ambil alih oleh Arya
Panangsang. Namun saat kepemimpinan Arya Panangsang, banyak yang tidak
menyukainya, termasuk Pangeran Kalinyamat. Karena merasa Pangeran Kalinyammat
akan menggagalkan Ia menjadi raja, akhirnya Ia membunuh Pangeran Kalinyamat.
Dibalik
kematian Pangeran kalinyamat, tersimpan rasa sakit hati yang mendalam oleh
istrinya, Ratu Kalinyamat. Akhirnya, Ia mendatangi kakak iparnya, Hadiwijaya atau
yang kita kenal dengan nama Joko Tingkir untuk meminta bantuan, yaitu membunuh
Arya Panangsang. Hadiwijaya pun setuju namun tanpa Ia sadari, Ia lupa bahwa
Arya Panangsang satu guru dengannya. Oleh karena itu Ia tidak boleh
membunuhnya. Akhirnya, Hadiwijaya membuat sayembara untuk membunuh Arya
Panangsang. Yang berhasil akan mendapatkan hadiah berupa tanah di Mataram dan
di Pati.
Tak
beberapa lama setelah pengumuman sayembara itu, datang dua orang yang tertarik
untuk mengikuti sayembara tersebut, yaitu Ki Panjawi dan Ki Ageng Pemanahan.
Akhirnya mereka menyusun rencana, karena konon katanya, Arya Panangsang adalah
orang yang sakti. Akhirnya, anak Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya
yang berhasil membunuh Arya Panangsang. Setelah pArya Panangsang wafat, Demak
akhirnya menjadi bawahan kesultanan Pajang yang dipimpin oleh Hadiwijaya/Joko
Tingkir.
Sesuai dengan janjinya bahwa Hadiwijaya akan
memberikan tanah kepada mereka yang berhasil membunuh Arya Panangsang. Namun
Hadiwijaya tidak memberikan tanah yang di Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan setelah
Ia mendapat ramalan dari Sunan Prapen bahwa akan ada sebuah kerajaan di Mataram
yang akan meruntuhkan Pajang. Tetapi, Ki Panjawi mendapatkan tanahnya di. Dan
karena hal itu, Ki Ageng Pemanahan melapor kepada sunan Prapen akan sikap
Hadiwijaya yang tidak menepati janji. Setelah itu, Hadiwijaya memberikan
tanahnya yang di Mataram dengan syarat Ki Ageng Pemanahan wajib melapor selama
sebulan sekali mengenai perkembangan Mataram. Ki Ageng Pemanahan pun
menyetujuinya.
Sepeninggal
Ki Ageng Pemanahan, Mataram dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya. Karena ayahnya
selalu melaporkan perkembangan Mataram dengan tepat waktu, Hadiwijaya kini
menyuruh Sutawijaya hanya melapor selama setahun sekali dan bahkan, Sutawijaya
diangkat sebagai anaknya. Namun, Mataram berkembang sangat pesat. Sampai pada
akhirnya, Hadiwijaya menyuruh pengawal kerajaan untuk bertamu kepada
Sutawijaya. Karena yang datang hanya pengawal, maka Sutawijaya memperlakukannya
dengan tidak baik bahkan Ia mengusirnya. Tak lama setelah hari itu, Pangeran
Benawa dan Arya Pamalad beserta
orang-orang dari kerajaan mendatangi Hadiwijaya dengan maksud silaturrahmi. Dan
alhasil, mereka mendapat perlakuan yang sangat baik. Namun, ada kejadian tidak
sengaja karena anak suluh Sutawijaya tidak sengaja membunuh salah satu prajurit
dari kesultanan Pajang.
Setelah
sampai di istina, Pangeran Benawa melaporkan semua kebaikan Sutawijaya,
sedangkan Arya Pamalad dan pengawal lainnya melapor bahwa Sutawijaya adalah
seorang pengkhianat dan Sutawijaya ingin menghancurkan kesultanan Pajang. Tak
lama setelah kejadian itu, ada sebuah kejadian gempar di kerajaan, yaitu adanya
seorang pemuda yang menyusup ke dalam istana dengan maksud ingin menggoda anak
Hadiwijaya yang perempuan. Hal itu, merupakan perbuatan yang tidak sopan. Oleh karena
itu, Hadiwijaya menghukum ayah pemuda itu, yang merupakan Bupati di daerah
Pajang dengan mengasingkannya ke tempat lain.
Ternyata,
istri dari bupati itu tidak terima dan mengadu kepada Sutawijaya yang merupakan
keluarga jauh dari istri bupati tersebut. Sutawijaya pun tidak bisa tinggal
diam. Ia merasa bahwa ayah tirinya itu, yaitu Hadiwijaya sudah berbuat sesuatu
yang sangat tidak baik. Akhirnya, Sutawijaya pun mengerahkan pasukannya, untuk
melawan kesultanan Pajang. Hadiwijaya yang mendengar kabar itu langsung
mengerahkan seluruh pasukannya karena ia berusaha untuk melawan takdirnya yang
akan dikalahkan oleh Mataram.
Di
tengah peperangan, tanpa disadari, terjadi gunung meletus dan mengakibatkan
pasukan dari Hadiwijaya terkena lava yang keluar dari letusan gunung berapi
tersebut. Akibatnya, kesultanan Mataram berhasil kalah dalam peperangan itu
karena faktor alamiah. Setelah kejadian itu, Hadiwijaya kritis dan beliau
memanggil kedua anaknya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya pangiri(menantu
Hadiwijaya). Hadiwijaya berpesan kepada mereka untuk tidak sedikitpun menyimpan
rasa dendam dan benci kepada saudara mereka, Sutawijaya. Karena sesungguhnya,
kematian Hadiwijaya ini bukan karena Sutawijaya, melainkan ini sudah takdir.
Setelah
Hadiwijaya meninggal dunia, terjadi perebutan tahta antara Pangeran Benawa
dengan Arya Pangiri. Namun akhirnya, panembahan sunan kudus mengatakan bahwa
yang berhak menjadi raja adalah Arya Pangiri, karena usia Pangeran benawa yang
lebih muda dari kakaknya, yaitu istri dari Arya Pangiri. Dan Pangeran Benawa
diasingkan ke Jipang untuk menjadi seorang bupati di sana. Namun, saat
memrintah, bukannya masalah kerajaan yang diurus oleh Arya Pangiri. Ia malah
sibuk mengatur strategi bagaimana mengalahkan Sutawijaya. Akibatnya, kesultanan
Pajang mengalami kemunduran, dan rakyatnya pun banyak yang kehilangan mata
pencaharian dan menjadi perampok. Dan sebagian dari rakyatnya, ada yang pindah
ke Jipang untuk mengabdi kepada Pangeran Benawa.
Pangeran
Benawa yang mengetahui hal itu, tidak hanya berdiam diri saja. Ia segera
mendatangi saudara tirinya, Sutawijaya untuk meminta bantuan. Akhirnya,
terjadilah Perang antara Pangeran Benawa yang dibantu Sutawijaya dan Arya
Pangiri. Dan akhirnya, peperangan itu dimenangkan oleh Pangeran Benawa dan
Sutawijaya. Akhirnya, Arya Pangiri dikembalikan ke Demakpada tahun 1586,
Pangeran Benawa resmi menjadi raja kesultanan Pajang menggantikan Arya Pangiri.
Namun, setahun kemudian, Ia meninggal dunia karena karena sakit. Dan setelah
itu, karena Sutawijaya merupakan Saudara tiri dari Pangeran Benawa, maka
Sutawijaya menjadikan Pajang sebagai bawahan dari Mataram.
0 komentar:
Posting Komentar