RSS
Write some words about you and your blog here

ESSAI : LIBURAN BULAN RAMADHAN

            Pada saat ini, zaman semakin berkembang. Perkembangan zaman ini, tidak lain karena adanya pengaruh perkembangan pada manusia. Dari pola pikirnya, kebiasaan, kepribadian, dan segala macam bentuk yang berpengaruh terhadap manusia itu sendiri. Oleh karena itu, tentu kita tahu bahwa perkembangan itu ada yang membawa dampak positif maupun negatif. Yang perlu kita khawatirkan adalah yang membawa dampak negatif bagi diri sendiri maupun bagi khalayak banyak. Bagaimana tidak? Perkembangan manusia juga berpengaruh pada generasi muda. Bahkan cenderung menjadikan generasi muda itu sebagai genarasi yang pemalas sejak kecil. Karena apa? Karena dari kecil, mereka sudah terbiasa hidup bersama benda-benda modern nan canggih sampai mereka lupa dengan jati diri mereka sebagai anak kecil. Tidak sedikit anak kecil yang sudah bertingkah layaknya orang yang sudah mengerti segala macam bentuk sosial media dalam dunia maya. Tapi sebaliknya, Apakah dia juga bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya, sedangkan dia sendiri asik dengan gadgetnya? Bagaimana juga seorang anak kecil bisa diajarkan lebih dekat dengan Tuhan yang menciptakannya, sedangkan dia saja tidak bisa dekat dengan manusia?
            Itulah yang saya ingin kaji lebih dalam selama liburan ini. Saya sudah sering melihat buruknya didikan orang tua terhadap anaknya pada usia dini.mereka sengaja membelikan anak-anak mereka barang-barang elektronik seperti gadget dan sebagainya, sebagai teman bermain saat ditinggal oleh orang tuanya. Padahal, masa kecil anak akan mempengaruhi masa depan anak tersebut. Sebagai muslim, anak sedari kecil sudah diajarkan untuk mendekatkan diri dengan Allah, mengenal Sang Pencipta-Nya, atau paling tidak diajarkan akhlak yang baik sebagai seorang muslim agar kelak menjadi anak yang saleh.
            Sebenarnya, ini bukanlah pertama kalinya saya berkecimpung di tempat ini. Tepat pada Ramadhan tahun lalu, saya juga berada di tempat ini. Awalnya hanya mengisi waktu kosong yang akan sia-sia jika saya hanya berdiam diri di rumah. Tahun ini memang sedikit berbeda, karena saya tidak bersama dengan teman saya. Dialah yang pertama kali mengajak saya untuk mengajar di sini. Hal ini membuat saya agak canggung berada di lingkungan ini. Bahkan pada awal saya bekerja di sini, ingin rasanya saya berhenti saja karena tidak kuat. Maklum, saya bukan tipe orang yang mudah beradaptasi di lingkungan yang berbeda dengan keseharian saya. Mereka sangat tertutup, sebagian besar dari mereka mengenakan baju cadar.
            Tempat bekerja saya adalah sekolah Islam yang bernama Tarbiatul Qur’an. Tempat dimana para orang tua mempercayakan anak-anak mereka untuk diasuh dengan orang lain sejak kecil. Memang, ini sama dengan sekolah, yang membedakan adalah kurikulum di sini, yaitu al-Qur’an. Dari usia 2 tahun, anak-anak dapat disekolahkan di sini. Mereka akan mendapatkan kelas sesuai usia mereka. Kelas terendah disebut TarQ A dan dalam satu kelas biasanya berjumlah tidak sampai 20 anak. Kegiatan mereka di sekolah, antara lain belajar mengaji, belajar membaca, belajar menulis dan mereka juga diajarkan untuk menghafal juz 30 mulai dari an-naba hingga surah terakhir, an-nas. Tidak hanya itu, mereka diajarkan berwudhu, sholat, zikir sesudah sholat, dan mempelajari doa sehari-hari. Aturannya, mereka akan naik kelas jika umur mereka sudah cukup atau hafalan surah mereka sudah mencapai batas yang telah ditetapkan pada kelas sebelumnya. Selain sekolah, di sini juga ada tempat penitipan anak. Jadi, bagi orang tua yang sibuk untuk bekerja dapat menitipkan anaknya di sini.
            Mungkin banyak suka duka selama menjadi pengajar di sana. Dan saya akan berbagi kesulitan saya selama mengajar dan mendidik mereka selama 2 minggu itu. Posisi saya sebagai asisten pengajar, yang membantu mengajari anak-anak baru atau anak-anak dengan paket liburan. Pada hari pertama, saya sudah dibuat bingung karena ada salah satu anak yang menangis saat pengajar di kelas saya pergi. Saat ditanya, dia menangis karena dia merindukan Ibu nya yang sedang bekerja di kantor. Saya pun mencoba untuk menenangkannya, dan alhamdulillah berhasil. Tidak hanya pada hari itu saja, hari-hari selanjutnya juga terjadi hal seperti itu. Bahkan, semakin lama mereka akrab dengan pengajarnya, mereka semakin memanjakan diri dengan pengajarnya.
            Ternyata, selama bulan Ramadhan mereka belajar mulai dari pukul 09.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita. Di pagi hari, mereka akan belajar, mengaji, dan hafalan surah secara bergantian hingga pukul 10.30 Wita. Kelas akan dimulai dengan membaca doa bersama, dan mereka juga melafalkan asmaul husna bersama-sama. Sangat mahir sekali mereka melafalkan asmaul husna yang sudah diajarkan menggunakan lagu sehingga mudah untuk diingat. Subhanallah, malu rasanya saya yang sebesar ini kalah dengan mereka yang baru mengenal dunia. Setelah semuanya sudah mengaji, biasanya akan dilanjutkan dengan muraja’ah bersama, yaitu melafalkan hafalan surah mereka bersama-sama hingga pukul 11.00 Wita. Setelah itu, anak yang di jemput saat itu, akan pulang. Sedangkan yang lainnya akan istirahat sembari menunggu datangnya waktu sholat zuhur. Kebanyakan dari mereka tidak tidur, mereka lebih suka bermain bersama teman-temannya. Ada yang membawa mainan dan ada juga yang membawa boneka. Sementara saya hanya mengawasi mereka, karena tidak jarang mereka akan bertengkar saat bermain. Bahkan juga ada yang menangis karena berebut mainan. Setelah mendekati waktu sholat zuhur, mereka pun segera berwudhu dengan didampingi oleh para pengajar, karena ada sebagian anak yang belum bisa berwudhu sendiri. Tetapi, ada cara mudah lagi untuk menghafal gerakan wudhu. Yakni, adanya lagu gerakan wudhu yang diajarkan oleh para pengajar. Sembari menunggu azan zuhur, mereka akan berkumpul membentuk shaf sholat lalu kembali lagi bermuraja’ah bersama-sama. Mereka juga diajarkan untuk melaksanakan sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat zuhur. Tepat pukul 13.00 Wita, mereka dipulangkan. Namun, beberapa anak diperbolehkan untuk menginap disini. Mereka akan pulang pada hari Jumat. Seperti halnya salah satu murid saya yang menginap. Saya pernah bertanya, Apakah dia senang menginap atau tidak. Dan dia berkata, dia sebenarnya ingin pulang. Namun, orang tuanya menyuruh dia untuk menginap. Dia lah anak yang menangis pada hari pertama saya mengajar karena merindukan Ibunya.
            Hal ini sangat berbeda dengan tahun lalu ketika saya mengajar di kelas anak laki-laki, dimana dengan jumlah yang lebih sedikit dan kegiatannya pun lebih sedikit. Mereka akan dipulangkan pada pukul 11.00 Wita. Jika ditanya  mana yang lebih sulit, mengajar perempuan atau laki-laki? Tentu lebih sulit laki-laki karena mereka lebih berani kepada pengajarnya dan tidak jarang dari mereka malas untuk mengaji ataupun pura-pura tidak bisa mengaji padahal mereka sangat pandai. Di kelas laki-laki juga tidak jarang ada anak yang berkelahi bahkan terkadang, mereka saling memukul. Saya juga dengar keluhan para pengajar lain yang mengeluh pusing setelah mengajar kelas laki-laki.
            Sama halnya ketika hari Jumat, dimana pada tahun lalu, mereka akan belajar seperti biasa. Sedangkan tahun ini, mereka hanya muraja’ah bersama-sama hingga pukul 10.00 Wita dan selanjutnya mereka akan sholat dhuha ataupun sekedar istirahat sampai pukul 11.00 Wita, yang selanjutnya akan dipulangkan. Adapun pada hari Sabtu dan Minggu, anak-anak diliburkan, begitu juga para pengajarnya. Sedangkan pada tahun lalu, dihari Sabtu, para pengajar akan masuk untuk bersama-sama membahas isi dari al-Qur’an dengan sub-sub tema masing-masing.
            Dan jika ditanyakan, saya merasa lebih sulit pada tahun ini. Apalagi pada saat 2 hari terakhir, dimana saya harus mengajar mereka sendiri. Alhasil, banyak yang mengeluh, bertengkar, dan ribut sana-sini karena ada kecoa. Banyak juga dari mereka yang bermanja-manja dengan saya. Di sinilah saya tahu, anak kecil akan lebih diam saat ada orang yang membuatnya nyaman, memanjakan dia. Bahkan di hari terakhir, saya harus sibuk menghubungi semua wali murid untuk konfirmasi acara buka puasa bersama. Hari ini adalah hari terakhir mereka bersekolah. Dan hari ini, saya sangat merasakan bagaimana rasanya mengasuh dan menjaga anak-anak. Banyak dari mereka yang didampingi oleh orang tuanya, namun ada dua anak yang tidak didampingi. Jadi, inilah saatnya saya bertugas dengan sungguh-sungguh. Mulai dari mengambilkan takjil, makanan seusai sholat maghrib, sampai menjaganya hingga dijemput oleh orang tuanya setelah sholat tarawih berakhir. Berat jika dibayangkan, karena tidak terbiasa dengan anak kecil. Namun, bahagia itu ada ketika melihat mereka tersenyum bahkan tertawa bersama teman-temannya yang lain.
            Itulah kegiatan yang selama dua minggu tersebut saya pantau dan bahkan saya alami. Ketakutan yang menghantui saya dihari-hari pertama saya mengajar mereka, akhirnya lenyap karena melihat mereka bahagia bersama teman-temannya. Itulah yang hilang dari mereka selama mereka ditinggal oleh orang tua mereka yang sedang bekerja. Anak kecil seperti mereka hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih dari orang tuanya. Mungkin terlihat manja, tetapi itu dilakukan demi kebaikan mereka kelak. Apakah orang tua ingin melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang tidak mengenal Tuhannya dan lupa akan jasa orang tuanya? Sekolah ini tidak terlalu mengikat anak-anak untuk belajar dengan keras. Sekolah ini mendidik anak-anak dan menjaga mereka.
            Untuk orang tua yang sibuk dengan urusannya, lebih baik anaknya dititipkan di sekolah seperti ini daripada ditinggal di rumah bersama dengan gadgetnya. Selain bermanfaat, anak juga terjamin keselamatan dan kebahagiannya. Saya jadi ingat saat  ada anak baru yang tidak ingin ditinggal Ibunya. Dia menangis terisak-isak sampai dia terlelap. Namun, keesokan harinya, dia sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya itu. Bahkan sekarang, dia terlihat sangat bersemangat untuk sekolah karena dia senang memiliki banyak teman baru. Saya sudah banyak bertanya kepada mereka, dan mereka mengatakan senang berada di sekolah ini dengan teman-teman barunya. Mereka juga tidak merasa terbebani dengan hafalan mereka. Justru mereka sangat bersemangat untuk mengejar teman-temannya yang sudah banyak hafalan surahnya. Jadi, mari didik anak dengan baik sejak dini agar kelak tidak menyesal.

            

KIMIA : CARA MUDAH MENGHAFAL UNSUR KIMIA GOLONGAN A

CARA MUDAH MENGHAFAL UNSUR KIMIA GOLONGAN A

Ø  Golongan I A :   
H: hari
Li: libur
Na: nanti
K: kita
Rb: robohkan
Cs: cadas
Fr: fir’aun

Ø  Golongan II A :
Be: beli
Mg: mangga
Ca: cari
Sr: sri
Ba: bagi
Ra: rata

Ø  Golongan III A :
B: bang
Al: ali
Ga: gali
In: intan
Ti: titipan

Ø  Golongan IV A :
C: cewek
Si: sini
Ge: genit
Sn: sana
Pb: pubertas

Ø  Golongan V A :
N: nabrak
P: pohon
As: asem
Sb: sumbing
Bi: bibir


Ø  Golongan V A :
N: nabrak
P: pohon
As: asem
Sb: sumbing
Bi: bibir

Ø  Golongan VI A :
O: orang
S: sinting
Se: senang
Te: tendang
Po: polisi



Ø  Golongan VII A :
F: film
Cl: charles
Br: bronson
I: idaman
At: atun


Ø  Golongan VIII A :
He: hei
Ne:  nenek
Ar: ari
Kr: kurang
Xe: xenang
Rn: renang